Bidadari Kesleo

Bidadari Kesleo

Untumu... 
Ono kawate...
Ono lomboke...
Ono kangkunge...

Gigimu...
Ada kawatnya...
Ada cabainya...
Ada kangkungya...

Wahhh...ini mah habis makan di warteg, jadi belum sempat gosok gigi. Jarang kan orang jalan-jalan bawa bekal sikat gigi. Paling kalau dia sering pakai kayu arak buat siwakan, mungkin bawa di saku atau tasnya. Jadi yaaa...ketika cabai dan kangkung nyelilit di gigi jadinya kelihatan deh. Apalagi kalau cabainya cabai merah. Tapi kok ada kawatnya? Ya kawat gigi dong tentunya. Bukan kawat berduri buat pagar benteng rumah atau gudang. Hehehe

Ngomong-ngomong bagaimana sih hukumnya memakai kawat gigi?
Dalam konsultasisyariah.com dijelaskan sebagai berikut:

Hukum asalnya merubah sesuatu yang Allah ciptakan pada diri seseorang adalah dilarang, berdasarkan firman Allah,

ﻭَﻷَﻣُﺮَﻧَّﻬُﻢْ ﻓَﻠَﻴُﻐَﻴِّﺮُﻥَّ ﺧَﻠْﻖَ ﺍﻟﻠﻪِ

“ Dan akan aku (setan) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya. ” (QS. An-Nisa: 119).

Ayat ini menjelaskan bahwa merubah ciptaan Allah termasuk sesuatu yang haram dan merupakan bujuk rayu setan kepada anak Adam yang melakukan kemaksiatan.

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Mas’ud, ia mendengar Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam melaknat perempuan yang mencabut (alisnya), menata giginya agar terlihat lebih indah yang mereka itu merubah ciptaan Allah.

Hadis ini merupakan laknat (dari Rasulullah) kepada wanita-wanita yang mencabut alisnya dan menata giginya dikarenakan mereka telah merubah ciptaan Allah. Dalam riwayat yang lain dikatakan, orang-orang yang merubah ciptaan Allah.

Namun, dalam beberapa hal ada pengecualian yang dibolehkan oleh syariat. Seperti dalam keadaan darurat dan mendesaknya kebutuhan, maka tidak mengapa merapikan gigi karena suatu hal yang darurat dan kebutuhan. Darurat dalam kategori syariat yaitu gigi yang ompong atau gingsul, yang perlu diubah karena sulit mengunyah makanan atau agar berbicara dengan fasih dll. Dalil mengenai hal ini adalah ‘Arjafah bin As’ad radhiallahu’anhu , ia mengatakan, “Hidungku terpotong pada Perang Kullab di masa jahiliyah. Aku pun menggantikannya dengan daun, tetapi daun itu bau sehingga menggangguku. Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhku menggantinya dengan emas.” (HR. Tirmidzi, An-Nasai, dan Abu Dawud).

Perintah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada ‘Arjafah untuk memperbaiki hidungnya dengan emas merupakan dalil bolehnya memperbaiki gigi. Adapun memperbaiki gigi yang cacat, maka tidak ada larangan untuk menatanya agar hilang cacatnya.

Syaikh Ibnu Utsaimin pernah ditanya, “Apa hukumnya memperbaiki gigi?” Syaikh menjawab, “Memperbaiki gigi ini dibagi menjadi dua kategori:

Pertama, jika tujuannya supaya bertambah cantik atu indah, maka ini hukumnya haram. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang menata giginya agar terlihat lebih indah yang merubah ciptaan Allah. Padahal seorang wanita membutuhkan hal yang demikian untuk estetika (keindahan), dengan demikian seorang laki-laki lebih layak dilarang daripada wanita.

Kedua, jika seseorang memperbaikinya karena ada cacat, tidak mengapa ia melakukannya. Sebagian orang ada suatu cacat pada giginya, mungkin pada gigi serinya atau gigi yang lain. Cacat tersebut membuat orang merasa jijik untuk melihatnya. Keadaan yang demikian ini dimaklumi untuk membenarkannya. Hal ini dikategorikan sebagai menghilangkan aib atau cacat bukan termasuk menambah kecantikan. Dasar argumentasinya (dalil), Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan seorang laki-laki yang hidungnya terpotong agar menggantinya dengan hidung palsu dari emas, yang demikian ini termasuk menghilangkan cacat bukan dimaksudkan untuk mempercantik diri.”Allahu a’lam.

Yen mrenges...
Ketok aslimu...
Ketok wagumu...
Ketok mrongosmu...

Kalau meringis...
Kelihatan aslimu...
Kelihatan tidak klop gayamu...
Kelihatan tonggosmu...

Ah....agak sadis juga kata-kata diatas. Mungkin orang yang ada pada kondisi diatas, yang asalnya punya gigi tonggos terus pasang kawat, giliran senyum dibilang "Nah loh, kelihatan aslimu, tonggos!", yaaa...bisa tersinggung. Mungkin maksud pencipta lagunya itu buat orang yang seperti itu tapi banyak gaya. Tapi yaaa....jangan gitu juga keles. Sadis! Na'udzu billaah min dzaalik.

Bidadari keseleo
mekso-mekso banget nganggo kawat abang ijo
pupure medok mirok katon kandel separo
dowo untune koyo sungai bengawan solo, solo

Fenomena bekhel atau kawat gigi barangkali kebanyakan memang buat gaya. Awal mulanya untuk keperluan yang berhubungan dengan gigi, lama-lama membudaya, setelah membudaya jadi gaya. Setelah jadi gaya ujungnya suka-suka alias semaunya gue. Belum merasa pede dengan kawat giginya yang warna-warni, masih lagi ditambah bedak tebal. Ujungnya adalah untuk pamer, biar dilihat wahhhh....biar dilihat apa gitu lah. Eh...endingnya karena ndak klop, malah giginya dibilang panjang mirip bengawan solo. Waduhhh.... penistaan gigi ini. Maksudnya penistaan pada ciptaan Allah. Waduh jangan segitunya yaaaa...... Lagian kamu kok yo gitu. Kelakuan mirip bait lirik ini. Hadewww....

Bidadari kesleo
ngempet-ngempet banget dadi pengen nduwe bojo
Opo mungkin samar yen ora keduman jodoh
Lan opo mungkin amung ngarep pengen mlekoto

Tuh, sampai dibilangin sebagai bidadari keseleo. Yang memendam rasa ingin punya pasangan. Khawatir tidak dapat jodoh, sehingga penampilan dimakeover sedemikian rupa, khususnya pada bagian giginya (fokus di bekhel lagi ini). Atau jangan-jangan makeover penampilan bukan untuk cari atau khawatir tidak dapat pasangan, tapi sekedar buat pamer gaya. Aduhhh....

Sing tenang...
Ben iso mikir...
Ra usah sumelang
Ojo kuwatir...
Sing penting...
Lurus mlakumu...
Ayu atimu...
Ayu sifatmu...

Yang tenang! Biar bisa fokus berfikir terbaik. Tidak usah grusa-grusu, terburu-buru, pesimis tidak kebagian jodoh. Jangan khawatir. Bukankah ketika kita dalam bentuk janin berumur 120 hari Alllah Ta'ala mengutus Malaikat untuk meniupkan ruh, kemudian ditulis tiga perkara untuk kita: rizki, ajal, dan bahagia atau celaka. Nah, jodoh masuk ke rizki. Kalau sudah jodoh, tidak akan ke mana. Pasti akan dipertemukan oleh Allah dengan berbagai macam caraNya. Dan yang pasti jangan dengan cara seperti yang digambarkan dalam lirik lagu ini. Make over wajah "habis-habisan" tanpa melanggar syariat Allah, nanti dilakukan saja khusus diperuntukkan untuk suami atau isteri.

Yang penting, lurus langkah kita. Tetap istiqomah dalam meniti jalan lurus. Hati dijaga sebaik-baiknya. Sifat dan akhlaq baik dijadikan sebagai hiasan dalam tingkah laku kita, insyaaAllah.... Yaqinlah, "Yang baik itu akan mendapatkan yang baik juga, yang buruk akan dapat yang buruk juga"! Baik buruknya tentu kita timbang menurut Al-Quran dan as-Sunnah.

Yang jelas, harus kita ingat dan perhatikan! Bahwa orang yang paling mulia disisi Allah 'Azza wa Jalla adalah orang yang paling bertaqwa. "Inna akromakum 'indallaahi atqookum". Dan Allah tidak melihat kepada bentuk jasad dan rupa kita, tapi Allah melihat hati kita. Jangan saling menghina, mari saling mengenal dan menghormati antar sesama hamba Allah. Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hambanya yang bertaqwa. Aamiin. Wallohu a'lam bish-showaab.
Previous Post Next Post