Yang Penting Halal - Wali Band
Disebabkan Islam merupakan agama yang sempurna, maka setiap tindak tanduk kita ada tuntunannya. Diantaranya adalah adab ketika mendengar ayam jantan berkokok. Namun mungkin sebagian kita lupa atau lalai mengamalkannya.
Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘anhu ,
Jadi, apa doa yang dapat kita ucapkan ketika mendengar ayam jantan berkokok?.
Kita dapat mengucapkan sebagaimana doa'a yang diperintahkan dalam hadits diatas. Kita ucapkan:
اللهم اني اسألك من فضلك
ALLAAHUMMA INNII AS:ALUKA MIN FADHLIK (Yaa Allah, sesungguhnya aku memohon karuniaMu)
Kaitannya dengan mencari Rizki
Burung saja bekerja untuk meraih rizki. Lantas bagaimanakah lagi dengan manusia?
Tawakkal yang hakiki haruslah diiring dengan usaha. Bukan hanya bersandar pada Allah Ta’ala …
Dari Umar bin Al Khoththob radhiyallahu ‘anhu , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻟَﻮْ ﺃَﻧَّﻜُﻢْ ﺗَﺘَﻮَﻛَّﻠُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺣَﻖَّ ﺗَﻮَﻛُّﻠِﻪِ ﻟَﺮَﺯَﻗَﻜُﻢْ ﻛَﻤَﺎ ﻳَﺮْﺯُﻕُ ﺍﻟﻄَّﻴْﺮَ ﺗَﻐْﺪُﻭ ﺧِﻤَﺎﺻﺎً ﻭَﺗَﺮُﻭﺡُ ﺑِﻄَﺎﻧﺎً
”Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang .”
Hadits di atas menjelaskan mengenai urgensi tawakkal. Ibnu Rajab mengatakan, ” Tawakkal adalah seutama-utama sebab untuk memperoleh rizki ”. Sebagaimana Allah Ta’ala sebutkan dalam firman-Nya,
ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺘَﻮَﻛَّﻞْ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓَﻬُﻮَ ﺣَﺴْﺒُﻪُ
“ Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. ” (QS. Ath Tholaq: 3).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca ayat di atas kepada Abu Dzar Al Ghifariy. Lalu beliau berkata padanya,
ﻟَﻮْ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻛُﻠَّﻬُﻢْ ﺃَﺧَﺬُﻭْﺍ ﺑِﻬَﺎ ﻟَﻜَﻔَﺘْﻬُﻢْ
”Seandainya semua manusia mengambil nasehat ini, itu sudah akan mencukupi mereka.”
Yaitu seandainya manusia betul-betul bertakwa dan bertawakkal, maka sungguh Allah akan mencukupi urusan dunia dan agama mereka.[4]
Al Qurtubi mengatakan, ”Barangsiapa menyerahkan urusannya sepenuhnya kepada Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya.”
Sedangkan tawakkal yang sebenarnya adalah menyandarkan hati pada Allah dalam usaha untuk memperoleh manfaat atau menolak bahaya, baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat seluruhnya. Dalam tawakkal, seseorang betul-betul menyandarkan diri pada Allah dan ia pun menyempurnakan keyakinan bahwa tidak ada yang memberi, menghalangi rizki, mendatangkan bahaya atau manfaat selain Allah semata. Itulah hakikat tawakkal yang disebutkan oleh Ibnu Rajab Al Hambali.
Al Munawi mengatakan, ”Burung itu pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali ketika sore dalam keadaan kenyang. Namun, usaha (sebab) itu bukanlah yang memberi rizki, yang memberi rizki adalah Allah Ta’ala . Hal ini menunjukkan bahwa tawakkal tidak harus meninggalkan usaha. Tawakkal haruslah dengan melakukan berbagai usaha yang akan membawa pada hasil yang diinginkan. Karena burung saja mendapatkan rizki dengan usaha. Sehingga hal ini menuntunkan pada kita untuk mencari rizki.
Allah dan RasulNya menganjurkan umat Islam untuk berusaha dan bekerja. Apapun jenis pekerjaan itu selama halal, maka tidaklah tercela. Para nabi dan rasul juga bekerja dan berusaha untuk menghidupi diri dan keluarganya. Demikian ini merupakan kemuliaan, karena makan dari hasil jerih payah sendiri adalah terhormat dan nikmat, sedangkan makan dari hasil jerih payah orang lain merupakan kehidupan yang hina. Karena itu, Islam menganjurkan kita untuk berusaha, dan tidak boleh mengharap kepada manusia. Pengharapan hanya wajib ditujukan kepada Allah saja. Allah-lah yang memberikan rezeki kepada seluruh makhluk. Kalau kita sudah berusaha semaksimal mungkin, Insya Allah, rezeki itu akan Allah berikan sebagaimana burung, yang pagi hari keluar dari sarangnya dalam keadaan lapar, kemudian pada sore hari pulang dalam keadaan kenyang. Terlebih manusia, yang telah mendapatkan dari Allah berupa akal, hati, panca indra, keahlian dan lainnya serta berbagai kemudahan, maka pasti Allah akan memberikan rezeki kepadanya.
Dari Abi Abdillah (Zubair) bin Awwam Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya, seorang di antara kalian membawa tali-talinya dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar yang diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutup kebutuhannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi atau tidak”. [HR Bukhari, no. 1471].
Dan tak lupa, tetap menjaga yang namanya rasa syukur. Siap yang bersyukur atas nikmat yang didapat, Allah janjikan akan menambah kenikmatan-kenikmatan dariNya. Dan barangsiapa siapa kufur alias tak pernah bersyukur, maka azabNya sangat pedih.
Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur. Aamiin.
Sebelum ayam bangunkan orang
Aku sudah ada di jalan
Berangkat pagi pulang pagi lagi
Ke sana ke sini cari rejekiNgomongin ayam, rupanya ayam jantan ketika sedang berkokok si ayam tersebut sedang melihat malaikat. Ayam jantan adalah bintang yang dapat melihat sinar ultraviolet. Kebanyakan diyakini pernah mendengar kokokan ayam. Bahkan sebagian kita pula mungkin ada yang punya hobi memelihara ayam, terutama ayam jantan.
Disebabkan Islam merupakan agama yang sempurna, maka setiap tindak tanduk kita ada tuntunannya. Diantaranya adalah adab ketika mendengar ayam jantan berkokok. Namun mungkin sebagian kita lupa atau lalai mengamalkannya.
Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘anhu ,
ﺇِﺫَﺍ ﺳَﻤِﻌْﺘُﻢْ ﺻِﻴَﺎﺡَ ﺍﻟﺪِّﻳَﻜَﺔِ ﻓَﺎﺳْﺄَﻟُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻠِﻪِ ﻓَﺈِﻧَّﻬَﺎ ﺭَﺃَﺕْ ﻣَﻠَﻜًﺎ
“Jika kalian mendengar kokokan ayam maka mintalah keutamaan dari Allah. Karena (ayam ketika berkokok) telah melihat malaikat” (HR. Bukhori no. 3303, Muslim 2729).Jadi, apa doa yang dapat kita ucapkan ketika mendengar ayam jantan berkokok?.
Kita dapat mengucapkan sebagaimana doa'a yang diperintahkan dalam hadits diatas. Kita ucapkan:
اللهم اني اسألك من فضلك
ALLAAHUMMA INNII AS:ALUKA MIN FADHLIK (Yaa Allah, sesungguhnya aku memohon karuniaMu)
Kaitannya dengan mencari Rizki
Burung saja bekerja untuk meraih rizki. Lantas bagaimanakah lagi dengan manusia?
Tawakkal yang hakiki haruslah diiring dengan usaha. Bukan hanya bersandar pada Allah Ta’ala …
Dari Umar bin Al Khoththob radhiyallahu ‘anhu , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻟَﻮْ ﺃَﻧَّﻜُﻢْ ﺗَﺘَﻮَﻛَّﻠُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺣَﻖَّ ﺗَﻮَﻛُّﻠِﻪِ ﻟَﺮَﺯَﻗَﻜُﻢْ ﻛَﻤَﺎ ﻳَﺮْﺯُﻕُ ﺍﻟﻄَّﻴْﺮَ ﺗَﻐْﺪُﻭ ﺧِﻤَﺎﺻﺎً ﻭَﺗَﺮُﻭﺡُ ﺑِﻄَﺎﻧﺎً
”Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang .”
Hadits di atas menjelaskan mengenai urgensi tawakkal. Ibnu Rajab mengatakan, ” Tawakkal adalah seutama-utama sebab untuk memperoleh rizki ”. Sebagaimana Allah Ta’ala sebutkan dalam firman-Nya,
ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺘَﻮَﻛَّﻞْ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓَﻬُﻮَ ﺣَﺴْﺒُﻪُ
“ Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. ” (QS. Ath Tholaq: 3).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca ayat di atas kepada Abu Dzar Al Ghifariy. Lalu beliau berkata padanya,
ﻟَﻮْ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻛُﻠَّﻬُﻢْ ﺃَﺧَﺬُﻭْﺍ ﺑِﻬَﺎ ﻟَﻜَﻔَﺘْﻬُﻢْ
”Seandainya semua manusia mengambil nasehat ini, itu sudah akan mencukupi mereka.”
Yaitu seandainya manusia betul-betul bertakwa dan bertawakkal, maka sungguh Allah akan mencukupi urusan dunia dan agama mereka.[4]
Al Qurtubi mengatakan, ”Barangsiapa menyerahkan urusannya sepenuhnya kepada Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya.”
Sedangkan tawakkal yang sebenarnya adalah menyandarkan hati pada Allah dalam usaha untuk memperoleh manfaat atau menolak bahaya, baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat seluruhnya. Dalam tawakkal, seseorang betul-betul menyandarkan diri pada Allah dan ia pun menyempurnakan keyakinan bahwa tidak ada yang memberi, menghalangi rizki, mendatangkan bahaya atau manfaat selain Allah semata. Itulah hakikat tawakkal yang disebutkan oleh Ibnu Rajab Al Hambali.
Al Munawi mengatakan, ”Burung itu pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali ketika sore dalam keadaan kenyang. Namun, usaha (sebab) itu bukanlah yang memberi rizki, yang memberi rizki adalah Allah Ta’ala . Hal ini menunjukkan bahwa tawakkal tidak harus meninggalkan usaha. Tawakkal haruslah dengan melakukan berbagai usaha yang akan membawa pada hasil yang diinginkan. Karena burung saja mendapatkan rizki dengan usaha. Sehingga hal ini menuntunkan pada kita untuk mencari rizki.
Biar kerjaku begini, biar gajiku segini
Yang penting halal untukmu yang ku beri
Pedih ya memang pedih, letih jangan ditanya lagi
Yang penting halal untukmu yang ku beriUntuk memenuhi kebutuhannya, seorang muslim wajib berusaha dengan mencari nafkah yang halal. Dengan nafkah itu, ia dapat menghidupi dirinya dan keluarganya. Dengan nafkah itu, ia juga dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Seorang muslim tidak boleh menggantungkan hidupnya kepada orang lain. Karena hidup dengan bergantung kepada orang lain merupakan kehinaan. Dan hidup dari usaha orang lain adalah tercela. Malaikat Jibril datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata: ”… Ketahuilah, bahwa kemuliaan orang mukmin shalatnya di waktu malam dan kehormatannya adalah dengan tidak mengharapkan sesuatu kepada orang.” [Hadits hasan. Lihat Shahih Jami’ush Shagir, no. 73 dan 3710]
Allah dan RasulNya menganjurkan umat Islam untuk berusaha dan bekerja. Apapun jenis pekerjaan itu selama halal, maka tidaklah tercela. Para nabi dan rasul juga bekerja dan berusaha untuk menghidupi diri dan keluarganya. Demikian ini merupakan kemuliaan, karena makan dari hasil jerih payah sendiri adalah terhormat dan nikmat, sedangkan makan dari hasil jerih payah orang lain merupakan kehidupan yang hina. Karena itu, Islam menganjurkan kita untuk berusaha, dan tidak boleh mengharap kepada manusia. Pengharapan hanya wajib ditujukan kepada Allah saja. Allah-lah yang memberikan rezeki kepada seluruh makhluk. Kalau kita sudah berusaha semaksimal mungkin, Insya Allah, rezeki itu akan Allah berikan sebagaimana burung, yang pagi hari keluar dari sarangnya dalam keadaan lapar, kemudian pada sore hari pulang dalam keadaan kenyang. Terlebih manusia, yang telah mendapatkan dari Allah berupa akal, hati, panca indra, keahlian dan lainnya serta berbagai kemudahan, maka pasti Allah akan memberikan rezeki kepadanya.
ﻭَﻋَﻦْ ﺍَﺑِﻰ ﻋَﺒْﺪِﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺰُّﺑَﻴْﺮِﺑﻦِ ﺍﻟﻌَﻮَّﺍﻡِ ﻗَﺎﻝَ : ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ : ﻷَﻥْ ﻳَﺄْﺧُﺬَ ﺍََﺣَﺪُﻛُﻢْ ﺍَﺣْﺒُﻠَﻪُ ﺛُﻢَّ ﻳَﺎْﺗِﻰ ﺍﻟْﺠَﺒَﻞَ ﻓَﻴَﺎْﺗِﻰَ ﺑِﺤُﺰْﻣَﺔٍ ﻣِﻦْ ﺣَﻄَﺐٍ ﻋَﻠَﻰ ﻇَﻬْﺮِﺥِ ﻓَﻴَﺒِﻴْﻌَﻬَﺎ ﻓَﻴَﻜُﻒَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻬَﺎ ﻭَﺟْﻬَﻪُ ﺧَﻴْﺮٌﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﺍَﻥْ ﻳَﺴْﺄَﻝَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﺍَﻋْﻄَﻮْﻩُ ﺍَﻭْ ﻣَﻨَﻌُﻮْﻩُ .
Dari Abi Abdillah (Zubair) bin Awwam Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya, seorang di antara kalian membawa tali-talinya dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar yang diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutup kebutuhannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi atau tidak”. [HR Bukhari, no. 1471].
Walaupun abang tak punya uang
Diriku akan tetap sayang
Yang penting abang selamat di jalan
Itu cukup untukku sayangNah istri atau partner hidup yang baik ya seperti ini. Kata-katanya adem. Berisi doa agar sang suami bekerja dengan semangat dan tenang. Bukan malah dibekali nasi buat makan siang saja tidak, tapi omelan sebaskom buat bekal di jalan. Na'udzu billaah min dzaalik.
Dan tak lupa, tetap menjaga yang namanya rasa syukur. Siap yang bersyukur atas nikmat yang didapat, Allah janjikan akan menambah kenikmatan-kenikmatan dariNya. Dan barangsiapa siapa kufur alias tak pernah bersyukur, maka azabNya sangat pedih.
Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur. Aamiin.